Senin, 19 Oktober 2009

Sekolah Pilot PT Merpati Nusantara Airlines bekerjasama dengan TNI AL


Sekolah Pilot PT Merpati Nusantara Airlines bekerjasama dengan TNI AL untuk memperkuat kapasitas keberadaan Merpati Pilot School (MPS) yang baru berdiri pada Agustus 2009 lalu, kerjasama ini diharapkan dapat mempercepat pengadaan tenaga pilot profesional yang ditanah air yang setiap tahunnya butuh sekitar 400 pilot.
Direktur Utama PT MNA Bambang Bhakti mengakui pihaknya sengaja mengandengn TNI AL dalam memperkuat kapasitas MPS yang baru saja berdiri dengan berbekal izin perestujuan No.141/006 yang diterbitkan Direktorat Kelaikan Udara dan Perawatan Pesawat Udara.
“Kesepakatan ini didasari untuk menjalin sinergi strategis dibidang pemanfaatn sumber daya dan asset nasional sektor penerbangan khususnya pendidikan penerbangan. MNA dan TNI AL masing-masing memiliki ke unggulan dalam sektor penerbangan yang mesti dipadukan guna memenuhi kebutuhan penerbang nasional,” kata Bambang kepada Pers seusai penandatangan nota kesepakatan antara MNA dan TNI AL di Surabaya, belum lama ini.
Ruang lingkup kerjasama itu, lanjut dia, berupa pemanfaatan sarana dan prasaran baik yang dimiliki TNI AL dan Merpati, pengembangan SDM kedua pihak serta penelitian dan pengembangan sektor penerbangan nasional bagi kedua pihak.
“MOU [memorandum of understanding] ini bagian penyaiapan Merpati Training Center dalam pengembangan kapasitas dibidang pilot scholl [sekolah penerbangan],” tegasnya.
Kepala Staf TNI AL Tedjo Edhy Purdijanto menegaskan pihaknya sangat berharap besar dengan kerjasama ini, khususnya dalam penambahan jam terbang serta keterampilan para pilat TNI AL dengan peralatan yang dimiliki Merpati.
“PT MNA memiliki peralatan flight simulator dan armada pesawat yang sangat dibutuhkan bagi peningkatan kapasitas pilot TNI AL. Intinya kerjasama ini untuk saling menguatkan khususnya bagi penerbangan nasional,” kata Tedjo kepada pers, pada kesempatan sama.
Bambang menambahkan kebutuhan pilot nasional setiap tahunnya mencapai 400 orang, dan kini ada informasi keberadaan pilot asing telah merambah industri penerbangan nasional.
“MPS untuk angkatan pertama ditargetkan dapat menampung 20 calon penerbang. MPS sendiri didirikan bukan hanya untuk kebutuhan PT MNA dalam pengadaan pilot, namun untuk kebutuhan penerbang secara nasional,” ujarnya.
Bagi MNA, kata Bambang, pihaknya hingga 2010 mem butuhkan sedikitnya 50 orang pilot bagi maskapai yang kini menerbangkan 20 pesawat.
“Bila pemegang saham menyetujui pembelian pesawat China [MA-60] maka pada 2010 jumlah armada menjadi 35 unit,” ungkapnya. (hi-okt2009)

Armada MERPATI Airlines mencapai 70 pesawat pada 2014.


PT Merpati Nusantara Airlines memastikan akan menambah sedikitnya 5 unit pesawat berjenis jet dan baling-baling hingga akhir 2009 dengan alokasi dana sekitar Rp15 miliar untuk memperkuat jumlah armada maskapai itu hingga totalnya menjadi 25 unit sebagai upaya menambah frekuensi serta rute penerbangan khususnya untuk kawasan Indonesia Timur.



Penambahan satu unit pesawat jet dan empat unit pesawat tipe propeler (baling-baling) diharapkan dapat menambah 25 jadwal penerbangan baik rute reguler maupun rute perintis. Hingga kini jumlah rute penerbangan yang ditangani maskapai BUMN itu mencapai sekitar 100 rute baik reguler maupun perintis.
Direktur Teknik PT MNA, Hotlan Siagian membenarkan pihaknya telah menyiapkan alokasi dana sekitar Rp15 miliar untuk merealisasikan program pe nambahan pesawat itu yang dilakukan melalui proses sewa.
“Alokasi dana itu dari pembiayaan internal, untuk satu unit jet akan direalisasikan pada akhir Oktober 2009 ini. Sedangkan empat unit pesawat propeler dengan kapasitas tempat duduk sekitar 50 unit akan masuk secara bertahap hingga akhir 2009. Bila sebelum penambahan jumlah armada MNA 20 unit terdiri 13 unit jet dan 7 unit baling-baling, pada akhir 2009 akan menjadi 25 unit,” kata Hotlan kepada pers seusai memberikan bingkisan kepada penumpang rute Surabaya-Makasar dalam rangka apresiasi atas Hari Batik, di bandara Juanda, belum lama ini
Hotlan menam bahkan penambahan pesawat itu khususnya untuk jenis propeler akan digunakan untuk memperkuat sejumlah rute di Indonesia Timur seperti di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur serta di Sulawesi.
“Dua unit untuk rute Bali-Nusra [NTB dan NTT] dan sisanya untuk beroperasi di Sulawesi seperti Makasar-Bau-Bau, Makasar-Mamuju. Untuk satu unit jet untuk memperkuat penerbangan reguler yang telah ada. Ke-5 unit pesawat tambahan itu diharapkan dapat menambah sekitar 25 flight baru, sedangkan kini manajemen memiliki sekitar 100 rute penerbangan baik perintis maupun reguler,” ujarnya.
General Manager Corporate Secretary MNA, Sukandi mene gaskan penambahan lima unit pesawat dimana sebagian dioperasi kan di Indonesia Timur itu sebagai penegasan terkait rencana besar manajemen yang secara bertahap melakukan pemindahan home base dari Jakarta ke Makasar.
“Ada sejumlah program besar manajemen, selain secara bertahap memindahkan home base juga ada rencana penguatan armada dengan pesawat baling-baling khususnya yang berkapasitas 50-an seat. Bila akhir 2009 armada bisa mencapai 25 unit, maka pada 2010 diharapkan dapat meningkat double sehingga totalnya menjadi 50 unit dan mayoritas propeler,” kata Sukandi pada kesempatan sama.
Sukandi menerangkan per kuatan armada dengan pesawat baling-baling tersebut diharapkan dapat merealisasikan komitmen manajemen pada 2011 menjadikan maskapai itu penguasa udara Indonesia dengan pesawat baling-baling.
“Targetnya pada 2011 sebagai the king of propeler, pada 2012 menjadi the real king of propeler. Rencana penguatan pesawat propeler itu sesuai kondisi sejumlah bandara di Indonesia Timur yang kini relatif bisa didarati pesawat dengan kapasitas 30-50 seat. Mungkin baru pada 2013 mana jemen akan memperkuat armada jet,” ungkapnya.

Sukandi memberanikan diri untuk menyampaikan target jangka panjang manajemen bila pada 2014 maskapai BUMN itu mematok jumlah total armada MNA diharapkan mencapai 70 unit pesawat.
”InsyaAllah, armada MNA pada era 2014 bisa mencapai 70 unit, baik bermesin jet maupun baling-baling. Tentunya ini tetap mengacu pada proyeksi pengembangan bahwa untuk pesawat jet akan digunakan pada rute-rute padat dan sebagai pengumpan, sedangkan untuk pesawat baling-baling bertindak sebagai feeder-nya. Jadi tetap ada sinergi untuk memperkuat pangsa khususnya Indonesia Timur,” tegasnya. (hi-okt2009)